Ping
Ping

Minggu, 12 April 2015

PLURALISME BUDAYA AGAMA DAN ADAT ISTIADAT SUKU AMBAI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN SERUI PAPUA



MAKALAH
STUDI ILMU SOSIAL BUDAYA
PLURALISME BUDAYA AGAMA DAN ADAT ISTIADAT SUKU AMBAI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN SERUI PAPUA




 










Oleh
Nama       : Istince Y. Manufandu
Nim          : 13522052



FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yag Maha Esa Atas berkah dan rahmat-NYA penulis telah berhasil menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul PLURALISME BUDAYA AGAMA DAN ADAT ISTIADAT SUKU AMBAI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN-SERUI PAPUA.
Makalah ini di tulis berkaitan dengan tugas mata kuliah STUDI ILMU SOSIAL BUDAYA, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para mahasiswa yang ingin mengembangkan ilmunya. Penyusunan buku ini memerlukan waktu, pikiran, dan tenaga. Selain itu banyak pihak lainnya yang telah membantu baik secara langsung atau tidak langsung hingga terselesaikannya makalah ini. Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari anda semua.




Jayapura, 02 April 2015

                                                                                                   Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Papua, dulu Irian Jaya adalah bagian dari satu kesatuan budaya, agama, adat istiadat serta etnis dalam rumpun melanesia. Sebagai satu kesatuan budaya corak dan gaya hidup atau kebiasaan umumnya sangat responsif tetapi juga sensitif.
Menurut Dr. Van Held (Belanda) dalam bukunya “De Papoeas” mengkategorikan orang papua yang mendiami wilayah sebelah utara pesisir pantai atau budaya dan adat istiadat teluk Saireri daerah kepulauan Ambai sebagai bangsa yang memiliki budaya improvisasi dalam hidup beragama adat istiadat, tampak dengan jelas bagaimana nuansa budaya memberi warna yang terang bagi praktik hidup dalam keseragaman. Hal ini secara khusus dapat dijumpai pada suku Ambai di Kabupaten Kepulauan Yaapen Waropen Serui.
Suku yang mendiami kepulauan Selat Saireri salah satu suku dalam lingkup masyarakat belum tersentuh budaya moderen, dapat digambarkan secara umum bahwa pendidikan asli umumnya dan khususnya suku Ambai Kepulauan Yapen tidak pernah bebas dari suatu praktik beragama, yang sama sekali tidak tersentuh dari budaya manapun, adat istiadat orang tua dan nenek moyang secara turun- temurun kendati hanya merupakan kebiasaan saja, yang dapat terlihat melalui acara prosesi adat bernuansa religius dalam kepercayaan suku Ambai.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah telah diuraikan dari latar belakang apakah pluralisme, agama, budaya dan adat istiadat suku ambai dapat dikembangkan dalm riset mendatang dan bagaimana pengaruh pluralisme agama dan budaya adat istiadat suku ambai dimasa mendatang ?

C.     Tujuan Umum
a.         Untuk memenuhi syarat mendapat nilai tugas mata kuliah Studi Ilmu Sosial Budaya
b.        Mengetahui budaya, agama, adat istiadat suku Ambai Kepulauan Yapen Serui.
c.         Memahami prosesi acara dan karaterisitik adat istiadat suku ambai.
d.        Mengetahui kulitur budaya adat istiadat suku Ambai dalam budaya modern

D.    Mannfaat
a.         Menambah wawasan dan ilmu bagi penulis.
b.        Sebagai masukan bagi pemerintah kabupaten yapen untuk melindungi dan mengembangkan kakayaan budaya nasional.
c.         Mahasiswa agar lebih menggali dan memahami nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan.
d.        Mahasiswa lebih luas belajar tentang kultur dan budaya masing-masing daerah.
e.         Mahsiswa memahami dan mempelajari perkebangan pluralisme, budaya, agama, dan adat istiadat untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pluralisme Agama dan Budaya
Papua (Irian Jaya) adalah bagian dari suatu kestauaan budaya serta etnis dalam rumpun melanesia disebelah utara pesisir teluk Saireri Kepulauan Yapen Serui hidup suku Ambai, yang terdiri dari beberapa suku yang meliputi :
1.      Ambai
2.      Menawi
3.      Randawaya
4.      Wawuti
5.      Wadapi
6.      Sumberababa (Dawai)
Nama dari Suku Ambai memiliki arti yaitu, satu rumpun denagn satu bahasa Ambai, budaya dan adat istiadat yang sama, kendati demikian pluralisme agama, dan budaya suku ambai daapat digaambarkan secara umum bahwa suku ambai kepulauan yapen atau serui adalah penduduk asli yang memiliki pola hidup sangat erat dengan praktik hidup beragama yang sama sekali tidak tersentuh dari budaya manapun.
Menurut Dr. Van Held (Belanda) dalam bukunya “De Papoeas” mengkategorikan orang papua yang mendiami wilayah sebelah utara pesisir pantai atau budaya dan adat istiadat teluk Saireri daerah kepulauan Ambai sebagai bangsa yang memiliki budaya improvisasi dalam hidup beragama adat istiadat, tampak dengan jelas bagaimana nuansa budaya memberi warna yang terang bagi praktik hidup dalam keseragaman. Hal ini secara khusus dapat dijumpai pada suku Ambai di Kabupaten Kepulauan Yaapen Waropen Serui. Adat istiadat orang tua dan nenek moyang secara turun temurun, di suku ambai seseorang pemimpin agama terkadang menerapkan dua sistem nilai kepercayaaan yaitu nilai spiritual dari “agama baru” yang diajarkan oleh generasi moderen, namun disisi lain seoarang pemimpin agama juga menjaga dan menerapkan warisan adat istiadat atau sistem kepercayaan dari nenek moyang kendati hanya merupakan suatu kebiasaan saja. Contoh sebuah adat istiadat atau kebiaasaan dari suku ambai adalah orang tua yang merelakan seorang anak yang pergi merantau menuntu ilmu di negeri yang jauh sampai suatu ketika anak itu akan kembali karena telah selesai sekolah atau sukses, untuk menyambut anak tersebut orang tua dan keluarga akan membuat prosesi acara adat untuk melakukan penyambutan anak tersebut dan acara adat istiadat ini berlaku bagi anak yang tertua.
B.     Agama Adat
Dalam kepercayaan agama suku ambai serui, adat dan agama merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut  penelitian beberapa ahli teologia, perjanjian lama menyebutkan bahwa pola kehidupan suku ambai yang sangkretisme (Dr. Johanes Blommedaal), sementara pada awal tahun 1970 Pdt. Willem Maloali membuat suatu observasi tentang praaktik-praktik rohani suku ambai yang biblistik, artinya ayat-ayat Alkitab digunakan sebagai bukti yang membenarkan suatu fenomena, agama adat yang biasa menyesatkan memiliki ciri sinkretisme yang sering mendapat interpretasi politis dimana praktik-praktik seperti itu disertai penyimpangan seksual.
Dalam mempersoalkan hidup keagamaan di Kabupaten Kepulauan Serui khususnya suku ambai dari sudut kemajemukan agama-agama di kolaborasi menjadi kepercayaan agama adat, bila ditinjau dari pengakuan negara atas agama-agama yang diakui di Indonesia, sesuai pasal 29 UUD 1945 akan lebih relevan bila perhatian diberikan kepada respon masyarakat adat ambai serui terhadap injil yang sesuai sejarah gereja yang sudah berlangsung selama 150 tahun sejak tahun 1855.

C.     Budaya Adat Istiadat dan Transformasi
Sebagian hal-hal atau kebiasaan yang lebih maju dan baik tentunya berasal dari luar suatu kebudayaan sehingga terjadi transformasi untuk mengubah tatanan budaya adat istiadat dari tradisional menjadi moderen.
Budaya adat suku ambai sebagai lambang transformasi yang mempertahankan kebudayaan tradisional sehingga belum megalami pengikisan arus transformasi moderen, hal ini terlihat dari nilai-nilai budaya adat istiadat dan agama yang masih dipertahankan sampai sekarang.
Tulisan ini tidak dimaksud sebagai penjelasan atas sejarah proses masuknya penjajahan barat atau koloni kebudayaan moderen, tujuannya adalah untuk menjelaskan tentang realitas yang terjadi pada masyarakat serui kepulauan yapen secara khusus pada suku ambai. Dengan mengambil sudut pandang dari kasus pluralisme budaya, agama, dan adat istiadat suku Ambai Kabupaten Serui Papua.




























BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.        Pluralisme budaya agama dan adat istiadat suku Ambai Kepulauan Yapen Serui sangat responsif tetapi juga sensitif terhadap perubahan nilai-nilai adat istiadat.
2.        Agama adat istiadat dalam suku Ambai Kepulauan Yapen Serui tidak dapat dipisahkan dalam tatanan kehidupan nilai-nilai adat yang diturunkan oleh leluhur sampai sekarang.
3.        Budaya adat istiadat sebgai alat transformasi yang masi dipertahankan secara tradisional sebagai budaya kepercayaan.

B.     Saran
1.        Disampaikan kepada pemerintah Kabuoaten Yapen Serui agar melestarikan budaya adat istisdat suku Ambai Serui dan menambah kekayaan budaya nasional.
2.        Budaya, Agama, dan adat-istiadat dipertahankan sebagai alat transformasi dan informasi secara turun temurun dari generasi ke generasi lewat kurikulum pendidikan.
3.        Sebagai mahasiswa perlu menggali lebih dalam tetntang tatanan dan nilai nilai kehidupan agama adat dan dijadikan sebagai pedoman penuntun hidup dimasa yang akan datang. 













DAFTAR PUSTAKA

Erari Karel Phil, 2001. Budaya, Agama, Adat ditanah Papua (Irian Jaya). Jayapura Papua.
Siegtried Zollner, 1990. Rasa Percaya Diri dan Rasa Harga Diri Penduduk Papua (Irian Jaya). Papua
Mote Oktovianus, 1993. Transformasi Budaya Orang Papua (Irian Jaya). Papua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar