Ping
Ping

Minggu, 19 April 2015

Mengatur Waktu



Mengatur Waktu


Satu tanda kedewasaan seseorang terletak pada kemampuan orang itu untuk mengatur waktunya. Waktu adalah sesuatu yang dimiliki oleh semua orang. Kita tidak memunyai kecerdasan yang sama, karunia rohani yang sama, atau kepribadian yang identik, tetapi kita semua memunyai waktu 24 jam sehari. Yang membuat kita berbeda bukanlah soal banyaknya waktu yang kita miliki, melainkan bagaimana kita menggunakan waktu itu. tanda kedewasaan seseorang terletak pada kemampuan orang itu untuk mengatur waktunya. Waktu adalah sesuatu yang dimiliki oleh semua orang. Kita tidak memunyai kecerdasan yang sama, karunia rohani yang sama, atau kepribadian yang identik, tetapi kita semua memunyai waktu 24 jam sehari. Yang membuat kita berbeda bukanlah soal banyaknya waktu yang kita miliki, melainkan bagaimana kita menggunakan waktu itu.

Pengaturan waktu yang baik melibatkan enam prinsip.

1.      Memunyai tujuan yang jelas.
Kita mencapai apa yang menjadi tujuan kita; tujuan kita itulah yang menentukan hasilnya. Yang membuat kita paling banyak membuang-buang waktu ialah bila tujuan-tujuan kita tidak ditentukan dengan baik -- atau bila kita tidak memunyai tujuan sama sekali. Jika kita tidak tahu dengan jelas apa yang hendak kita capai, maka sering kita melakukan hal-hal yang tidak perlu kita lakukan.

2.      Milikilah rencana yang rinci.
Sejak permulaan, kita perlu mengerti ke mana tujuan kita dan bagaimana cara yang tepat untuk mencapai tujuan itu. Misalnya, jika kita akan mengadakan jamuan makan malam untuk dua puluh orang, maka kita perlu mengetahui apa yang akan kita hidangkan, makanan apa yang perlu kita beli, kapan akan menyiapkan makanan itu, dan di mana orang-orang itu akan duduk.

3.      Buatlah daftar kerja setiap hari.
Akan lebih baik bila kita menuliskannya, sebab bila kita melihatnya di kertas, maka kadang-kadang kita mendapatkan satu kegiatan yang tidak sepenting yang kita sangka pada awalnya. Tambahan pula, ketika kita mencatat segala sesuatu yang perlu kita lakukan, lebih mudah menolak untuk melakukan apa yang tidak tercatat pada daftar. Satu daftar kerja yang baik menolong kita membedakan antara yang bersifat urgen dan yang penting.
Membuat daftar kerja bukan berarti mengikutinya dengan ketat sehingga Roh Kudus kurang dapat bekerja dalam kehidupan kita. Kita perlu bersikap luwes. Sebuah rencana kerja bukanlah bagaikan baju pengekang, melainkan merupakan alat untuk menolong kita mencapai tujuan. Kita perlu cukup luwes hingga mengizinkan Roh Allah memasuki kehidupan kita dan mengadakan interupsi yang ditentukan oleh Allah. Sebab jika tidak demikian, daftar kerja itu akan menjadi tuan, bukannya alat.

4.      Tetapkan prioritas.
Seorang pengusaha pernah bercerita kepada saya tentang peraturan 80/20 yang diikutinya. Ia berkata bahwa untuk setiap tugas, 80 persen nilainya terkandung dalam 20 persen kegiatannya. Jika Saudara memusatkan diri untuk melakukan 20 persen bagian tugas yang berharga 80 persen dari seluruh nilainya, saudara akan menyelesaikan lebih banyak. Sering saya bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana saya dapat menggunakan waktu saya dengan sebaik-baiknya sekarang ini?" Lalu saya teringat akan pernyataan ini, "Anda tidak akan memunyai cukup waktu untuk melakukan segala sesuatu, tetapi Anda selalu memunyai waktu untuk melakukan hal-hal yang penting."

5.      Tanganilah suatu tugas hanya satu kali.
Kita dapat melakukan lebih banyak pekerjaan jika kita memusatkan perhatian pada satu tugas sekali waktu dan bertekun sampai benar-benar selesai. Jika tidak demikian, kita hanya akan membuang-buang waktu tanpa dapat menyelesaikan tugas-tugas kita secara tuntas.

6.      Kembangkan perasaan memprioritaskan tugas.
Penundaan merupakan pemborosan waktu yang terbesar. Kita perlu mengikuti motto: "Lakukanlah sekarang!"

Memunyai pandangan Tuhan juga bisa menolong kita untuk menggunakan waktu dengan efektif. Dalam Mazmur 90, pada akhir hidupnya Musa menoleh ke belakang dan berkata, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (ayat 12).
Musa memunyai pandangan hidup yang baru ketika ia menyadari bahwa waktu untuk melakukan tugasnya di bumi hanya terbatas. Pada waktu ia memunyai pandangan itu, ia menjadi sadar bahwa ia memerlukan hikmat untuk menggunakan waktunya dengan baik.
Orang sering memberi alasan "Saya tidak memunyai waktu" untuk melayani Tuhan. Tetapi dalam Efesus 2:10 dikatakan bahwa kita diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik. Jika kita tidak memunyai waktu, maka kita tidak melakukan pekerjaan yang dimaksudkan Tuhan bagi kita atau kita sedang melakukannya dengan cara yang salah.
Kita memerlukan organisasi yang seperlunya saja untuk memenuhi kebutuhan kita. Organisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Mungkin organisasi kita berlebih-lebihan sehingga kita bersikap memaksa, atau mungkin organisasi kita kurang memadai sehingga menyebabkan kita merasa puas dengan apa yang telah kita capai. Kita perlu menyelidiki keadaan kita untuk mengetahui bagaimana mengorganisasi diri dengan cara yang terbaik. Orang cenderung putus asa ketika mereka membandingkan diri dengan orang lain. Perbandingan seperti ini merupakan dosa. Kita semua merupakan individu yang unik, dan harus bertanya, "Apa kiranya yang terbaik untuk diri saya?" "Bagaimana saya dapat berfungsi dengan baik sekali?" "Kapankah saya paling efisien?" "Kapan saya paling kurang efisien?" "Dalam waktu-waktu tambahan, apakah saya dapat bekerja paling baik?"
Secara pribadi, saya dapat bekerja paling baik dalam periode 1,5 jam. Setelah itu, saya hanya menghabiskan waktu tanpa dapat menyelesaikan sesuatu. Dulu saya tinggal di kantor saya lebih lama dari 1,5 jam sebab saya pikir bahwa dengan demikian saya menunjukkan sikap mengabdi. Tetapi hal itu tidaklah efisien. Saya hanya berbicara dengan sekretaris saya atau menelepon seseorang, tetapi saya tidak bekerja. Akhirnya saya tahu bahwa sebenarnya saya bisa melakukan lebih banyak pekerjaan jika saya beristirahat dan kemudian kembali bekerja.
Yang perlu kita hindari adalah sifat kejam dari hal-hal yang urgen. Contoh yang paling baik mengenai hal ini terlihat dalam Yesus Kristus. Ia melayani di bumi selama 3,5 tahun saja, tetapi Ia tidak pernah tergesa-gesa. Ia selalu ada waktu untuk melakukan kehendak Bapa sebab Ia memiliki pandangan yang jelas: Ia mengetahui mengapa Ia datang dan apa yang harus Ia lakukan.
Sebaliknya, kebanyakan orang melakukan tugas yang mendesak, bukan yang penting. Tekanan yang terus-menerus menuntut kita untuk berbuat sesuatu sekarang ini juga. Misalnya, membuat janji dengan dokter pada pukul tiga adalah urgen. Bermain dengan anak-anak adalah penting. Kita melakukan hal-hal yang mendesak, tetapi menunda hal-hal yang penting -- suami atau istri kita, anak-anak kita, ibadah kita.
Kita mengabaikan hal yang penting karena kita kurang terpusat pada tujuan. Tetapi bila kita tidak merencanakan hidup kita, maka orang lain yang akan melakukannya. Kebanyakan kita tidak membuat rencana untuk gagal, tetapi kita gagal untuk membuat rencana. Bila kita tak mengindahkan tujuan kita, maka perhatian kita terpusat pada hal berbuat sesuatu yang lain, tetapi ini merupakan gerakan tanpa arti.
Kunci untuk mengatasi kekejaman hal-hal yang urgen adalah belajar untuk berkata tidak. Katakanlah tidak kepada suatu hal setiap hari, hanya untuk membiasakan diri berbuat hal itu. Kita harus berkata tidak terhadap banyak hal agar dapat berkata ya pada hal-hal yang penting.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku
:
Pola Hidup Kristen
Penulis
:
Howard Hendricks
Penerjemah
:
Tidak dicantumkan
Penerbit
:
Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002
Halaman
:
731 -- 734

Tidak ada komentar:

Posting Komentar