Mengatur Waktu
Satu tanda kedewasaan seseorang terletak pada kemampuan
orang itu untuk mengatur waktunya. Waktu adalah sesuatu yang dimiliki oleh
semua orang. Kita tidak memunyai kecerdasan yang sama, karunia rohani yang
sama, atau kepribadian yang identik, tetapi kita semua memunyai waktu 24 jam
sehari. Yang membuat kita berbeda bukanlah soal banyaknya waktu yang kita
miliki, melainkan bagaimana kita menggunakan waktu itu. tanda kedewasaan
seseorang terletak pada kemampuan orang itu untuk mengatur waktunya. Waktu
adalah sesuatu yang dimiliki oleh semua orang. Kita tidak memunyai kecerdasan
yang sama, karunia rohani yang sama, atau kepribadian yang identik, tetapi kita
semua memunyai waktu 24 jam sehari. Yang membuat kita berbeda bukanlah soal
banyaknya waktu yang kita miliki, melainkan bagaimana kita menggunakan waktu
itu.
Pengaturan waktu yang baik melibatkan enam prinsip.
1.
Memunyai tujuan yang jelas.
Kita mencapai apa yang menjadi
tujuan kita; tujuan kita itulah yang menentukan hasilnya. Yang membuat kita
paling banyak membuang-buang waktu ialah bila tujuan-tujuan kita tidak
ditentukan dengan baik -- atau bila kita tidak memunyai tujuan sama sekali.
Jika kita tidak tahu dengan jelas apa yang hendak kita capai, maka sering kita
melakukan hal-hal yang tidak perlu kita lakukan.
2.
Milikilah rencana yang
rinci.
Sejak permulaan, kita perlu
mengerti ke mana tujuan kita dan bagaimana cara yang tepat untuk mencapai
tujuan itu. Misalnya, jika kita akan mengadakan jamuan makan malam untuk dua
puluh orang, maka kita perlu mengetahui apa yang akan kita hidangkan, makanan
apa yang perlu kita beli, kapan akan menyiapkan makanan itu, dan di mana
orang-orang itu akan duduk.
3.
Buatlah daftar kerja setiap
hari.
Akan lebih baik bila kita
menuliskannya, sebab bila kita melihatnya di kertas, maka kadang-kadang kita
mendapatkan satu kegiatan yang tidak sepenting yang kita sangka pada awalnya.
Tambahan pula, ketika kita mencatat segala sesuatu yang perlu kita lakukan,
lebih mudah menolak untuk melakukan apa yang tidak tercatat pada daftar. Satu
daftar kerja yang baik menolong kita membedakan antara yang bersifat urgen dan
yang penting.
Membuat daftar kerja bukan
berarti mengikutinya dengan ketat sehingga Roh Kudus kurang dapat bekerja dalam
kehidupan kita. Kita perlu bersikap luwes. Sebuah rencana kerja bukanlah
bagaikan baju pengekang, melainkan merupakan alat untuk menolong kita mencapai
tujuan. Kita perlu cukup luwes hingga mengizinkan Roh Allah memasuki kehidupan
kita dan mengadakan interupsi yang ditentukan oleh Allah. Sebab jika tidak
demikian, daftar kerja itu akan menjadi tuan, bukannya alat.
4.
Tetapkan prioritas.
Seorang pengusaha pernah
bercerita kepada saya tentang peraturan 80/20 yang diikutinya. Ia berkata bahwa
untuk setiap tugas, 80 persen nilainya terkandung dalam 20 persen kegiatannya.
Jika Saudara memusatkan diri untuk melakukan 20 persen bagian tugas yang
berharga 80 persen dari seluruh nilainya, saudara akan menyelesaikan lebih
banyak. Sering saya bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana saya dapat
menggunakan waktu saya dengan sebaik-baiknya sekarang ini?" Lalu saya
teringat akan pernyataan ini, "Anda tidak akan memunyai cukup waktu untuk
melakukan segala sesuatu, tetapi Anda selalu memunyai waktu untuk melakukan
hal-hal yang penting."
5.
Tanganilah suatu tugas hanya
satu kali.
Kita dapat melakukan lebih
banyak pekerjaan jika kita memusatkan perhatian pada satu tugas sekali waktu
dan bertekun sampai benar-benar selesai. Jika tidak demikian, kita hanya akan
membuang-buang waktu tanpa dapat menyelesaikan tugas-tugas kita secara tuntas.
6.
Kembangkan perasaan
memprioritaskan tugas.
Penundaan merupakan pemborosan
waktu yang terbesar. Kita perlu mengikuti motto: "Lakukanlah sekarang!"
Memunyai pandangan Tuhan juga bisa menolong kita untuk
menggunakan waktu dengan efektif. Dalam Mazmur 90, pada akhir hidupnya Musa
menoleh ke belakang dan berkata, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (ayat 12).
Musa memunyai pandangan hidup yang baru ketika ia menyadari
bahwa waktu untuk melakukan tugasnya di bumi hanya terbatas. Pada waktu ia
memunyai pandangan itu, ia menjadi sadar bahwa ia memerlukan hikmat untuk
menggunakan waktunya dengan baik.
Orang sering memberi alasan "Saya tidak memunyai
waktu" untuk melayani Tuhan. Tetapi dalam Efesus 2:10 dikatakan bahwa kita
diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik. Jika
kita tidak memunyai waktu, maka kita tidak melakukan pekerjaan yang dimaksudkan
Tuhan bagi kita atau kita sedang melakukannya dengan cara yang salah.
Kita memerlukan organisasi yang seperlunya saja untuk
memenuhi kebutuhan kita. Organisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Mungkin organisasi kita berlebih-lebihan sehingga
kita bersikap memaksa, atau mungkin organisasi kita kurang memadai sehingga
menyebabkan kita merasa puas dengan apa yang telah kita capai. Kita perlu
menyelidiki keadaan kita untuk mengetahui bagaimana mengorganisasi diri dengan
cara yang terbaik. Orang cenderung putus asa ketika mereka membandingkan diri
dengan orang lain. Perbandingan seperti ini merupakan dosa. Kita semua
merupakan individu yang unik, dan harus bertanya, "Apa kiranya yang terbaik
untuk diri saya?" "Bagaimana saya dapat berfungsi dengan baik
sekali?" "Kapankah saya paling efisien?" "Kapan saya paling
kurang efisien?" "Dalam waktu-waktu tambahan, apakah saya dapat
bekerja paling baik?"
Secara pribadi, saya dapat bekerja paling baik dalam
periode 1,5 jam. Setelah itu, saya hanya menghabiskan waktu tanpa dapat
menyelesaikan sesuatu. Dulu saya tinggal di kantor saya lebih lama dari 1,5 jam
sebab saya pikir bahwa dengan demikian saya menunjukkan sikap mengabdi. Tetapi
hal itu tidaklah efisien. Saya hanya berbicara dengan sekretaris saya atau
menelepon seseorang, tetapi saya tidak bekerja. Akhirnya saya tahu bahwa
sebenarnya saya bisa melakukan lebih banyak pekerjaan jika saya beristirahat
dan kemudian kembali bekerja.
Yang perlu kita hindari adalah sifat kejam dari hal-hal
yang urgen. Contoh yang paling baik mengenai hal ini terlihat dalam Yesus
Kristus. Ia melayani di bumi selama 3,5 tahun saja, tetapi Ia tidak pernah
tergesa-gesa. Ia selalu ada waktu untuk melakukan kehendak Bapa sebab Ia memiliki
pandangan yang jelas: Ia mengetahui mengapa Ia datang dan apa yang harus Ia
lakukan.
Sebaliknya, kebanyakan orang melakukan tugas yang mendesak,
bukan yang penting. Tekanan yang terus-menerus menuntut kita untuk berbuat
sesuatu sekarang ini juga. Misalnya, membuat janji dengan dokter pada pukul
tiga adalah urgen. Bermain dengan anak-anak adalah penting. Kita melakukan
hal-hal yang mendesak, tetapi menunda hal-hal yang penting -- suami atau istri
kita, anak-anak kita, ibadah kita.
Kita mengabaikan hal yang penting karena kita kurang
terpusat pada tujuan. Tetapi bila kita tidak merencanakan hidup kita, maka
orang lain yang akan melakukannya. Kebanyakan kita tidak membuat rencana untuk
gagal, tetapi kita gagal untuk membuat rencana. Bila kita tak mengindahkan
tujuan kita, maka perhatian kita terpusat pada hal berbuat sesuatu yang lain,
tetapi ini merupakan gerakan tanpa arti.
Kunci untuk mengatasi kekejaman hal-hal yang urgen adalah
belajar untuk berkata tidak. Katakanlah tidak kepada suatu hal setiap hari,
hanya untuk membiasakan diri berbuat hal itu. Kita harus berkata tidak terhadap
banyak hal agar dapat berkata ya pada hal-hal yang penting.
Judul buku
|
:
|
Pola Hidup Kristen
|
Penulis
|
:
|
Howard Hendricks
|
Penerjemah
|
:
|
Tidak dicantumkan
|
Penerbit
|
:
|
Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002
|
Halaman
|
:
|
731 -- 734
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar